Selasa, 28 Mei 2013

Mantan Kyai NU Meluruskan Ritual-ritual Kiai Ahli Bidah yang Dianggap Sunnah







Nisfu Sya’ban, Rebo Wekasan, Tingkepan & Bid’ah-bid’ah dari Muharram-Dzulhijjah
Ada Ritual Kyai yang Membahayakan Aqidah Ummat!!
Keadaan yang sudah buruk ini apalagi ditambah dengan merebaknya ritual-ritual para kiai ahli bid’ah yang dianggap sunnah dan diperparah lagi oleh sikap MUI dan ULAMA NU itu sendiri yang mendiamkan atas penyimpangan tersebut, karena mereka takut jabatannya lengser atau popularitasnya pudar serta tak ingin kehilangan muka, meski harus mendapat murka dari Allah.
Sudah menjadi kewajiban bagi semua Ulama, apalagi sang Mantan kiai NU. Dengan mohon pertolongan kepada Allah, penulis berupaya sekuat tenaga untuk meluruskan berbagai bentuk kekeliruan di lingkungan keluarga, santri dan jami-iyahnya, yang sering dilakukan oleh para tokoh umat atau kiai dalam menjalankan ritual-ritual tersebut, padahal tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya.
Penulis menyajikan masalah tersebut secara terperinci dan aktual, dilengkapi dalil dari al-Quran, as-Sunnah yang shohih dan kitab-kitab referensi dari 4 (empat) Imam Madzhab serta fatwa para Ulama Mutaqoddimin dan Mutaakhir. Setelah menelaah dan merenungkan kandungan isi buku ini, Insya Allah anda akan melihat banyaknya Ritual tersebut yang kita anggap baik dan sesuai sunnah, ternyata keliru dan tak punya dalil yang shohih.
Sekedar contoh yang sering kita amalkan: Peringatan Nisfu Syaban, Rebo Wekasan, Tingkepan, Selapanan, Puasa Rejeb dan lain-lain, banyak orang yang merasa kurang afdhol dan dikucilkan jika mereka tidak melakukan ritual-ritual tersebut. Kita hanya bisa berlindung kepada-Nya dari kejelekan amalan-amalan yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah.
Kami menyadari bahwa tulisan Mantan KIAI NU, adik dari KH. Mujadi Pimpinan PP. KH. Mustawa, Sepanjang atau menantu Kiai Imam Hambali (nyantri langsung kepada Hadrotus Syaikh KH. Hasyim Asyari/Pendiri NU) dan adik ipar KH. Hasyim Hambali Pimpinan PP. Asy-Syafiiyah, dan juga adik ipar dari KH. Abdullah Ubaid Pengasuh-PP. Mambaul Quran, Tambak Sumur Waru-Sidoarjo ini, jauh dari kesempurnaan, Sekaligus menanti adanya saran dan kritik yang membangun tentunya harus berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah yang shohih dalam bimbingan pemahaman salaful ummah.
Sumber: http://www2.muslimedia.web.id/buku-islam/mantan-kyai-nu-meluruskan-ritual-ritual-kiai-ahli-bidah-yang-dianggap-sunna

Dzikir dan sholawat syirik yang membudaya





HARGA BUKU : Rp 50.000,-
Buku ini menceritakan pengalaman spiritual mantan kyai NU  bernama H. Mahrus Ali lulusan Ponpes Langitan, Tuban dan melanjutkan pendidikannya selama 7 tahun di Arab Saudi. Sebelumnya beliau hidup bergelimang dalam kesyirikan tapi akhirnya mendapat Hidayah dan menyadari kesalahannya selama ini. Lewat buku ini beliau membahas dan menguraikan secara terperinci beberapa bacaan shalawat, dzikir, doa-doa dan ritual keagamaan  yang dianggap menyimpang karena tidak ada dalam Al Quran dan hadis (tidak pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW).
Sebagian besar bacaan Sholawat, Dzikir dan doa-doa tersebut malah termasuk “populer” dalam arti kata banyak masyarakat Indonesia yang mengamalkannya bahkan sudah turun temurun.  Diantaranya adalah Shalawat Nariyah, Sholawat AL Fatih, Sholawat Munjiyat, Sholawat Tibil Qulub dan Sholawat Badar. Bahkan Shalawat Badar  yang sangat terkenal dan sering kita dengar alunannya di radio, televisi dan ada yang menjual dalam bentuk CD nasyid, ternyata  hasil karya seorang kyai Indonesia yang bernama Kyai Ali Mansur, Banyuwangi. (*Dulu saya mengira shalawat Badar ini adalah sholawat yang senantiasa  diucapkan oleh nabi Muhammad dan para sahabatnya pada saat perang Badar untuk membangkitkan semangat pasukan Muslimin melawan pasukan Kafir)
Sholawat Badar ini asli gubahan Kyai Ali Mansyur,  Banyuwangi. Begini kisah pembuatannya: Konon, pada suatu malam (tahun 1960) beliau tidak bisa tidur karena memikirkan  situasi politik yang tidak menguntungkan NU bahkan PKI saat itu sudah berani membunuh kyai-kyai di pedesaan.  Beliau lalu menulis syair-syair dalam bahasa Arab, karena memang beliau pandai membuat syair. Konon shalawat Badar ini  dikumandangkan untuk membangkitkan semangat warga NU untuk melawan dan memerangi “Genjer-Genjer PKI” Sejak saat itulah Sholawat Badar dikumandangkan secara luas terutama oleh kaum muslimin di pulau Jawa dan terkenal hingga saat ini.
Selain membahas berbagai Sholawat, buku ini juga membahas berbagai doa, syair,  qasidah dan ritual keagamaan yang sering dilakukan kaum Muslimin tapi sebenarnya hal itu tidak pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnyapun tidak pernah melakukannya. Misalnya bacaan doa Hizib Bahr, Dzikir Yahu, Astagfirullah Rabbal Baraya, Acara Haul di India, menanam kepala Kerbau, menyembelih Ayam putih/hitam, Khadam Asmaul Husna, Ajian penglaris, pengasihan dan lain-lain semua dibahas dan diuraikan satu persatu.
Untuk yang ingin memahami dan memperdalam agama Islam ada baiknya membaca buku ini karena buku ini bisa menambah wawasan kita dan mengusik hati nurani kita untuk mencari kebenaran sejati tentang apa yang kita yakini selama ini.  Ada baiknya buku ini kita kaji dan renungkan tidak secara emosional, karena sebagai muslim kita harus senantiasa menjaga kemurnian ajaran Islam itu sendiri dan dengan bertambahnya wawasan dan ilmu yang kita miliki, maka kita akan semakin mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah sesuai dengan akal dan hati nurani kita.

Jumat, 24 Mei 2013

Dibawah Naungan Surat At Taubah

Inilah surat At taubah, dinamakan juga surat Al Qital. Di dalamnya berisi tentang  hukum hukum dan mengatur tata hubungan antara muslimin dengan kaum kafir yang didasarkan pada kebencian kaum kafir yang menjadi permusuhan abadi yang bersifat final hingga hari kiamat.
Tafsir ini penuh dengan peristiwa peristiwa dari sirah Rasulullah SAW dan para sahabatnya, serta pengalaman sebagian putra harokah Islamiyah menghadapi penguasa Thagut. Juga memuat masalah masalah fiqih dan hal hal yang berhubungan dengan masalah syari’yah dan hukum.
Dan diantara kandungannya adalah masalah penghianatan yang ditujukan kepada islam dan kaum muslimin, menyingkap masalah nifak dan orang orang munafik, tetapi terhadap problematika yang muncul di zaman modern yang menyertai jihad, seperti tawanan , halangan terhadap jihad dan lain sebagainya.
Dengan panjang lebar syaikh Dr Abdullah Azzam menerangkan tafsir ayat ayat ini dari celah celah realita jihad amali yang terjadi di depan matanya (Jihad Afghanistan), karena memang beliau selalu berjalan bersama ayat ayat dalam celah celah realitas ini.
Oleh karena itu beliau berkata,”Sesungguhnya dien ini tidak akan dapat dipahami kecuali oleh orang orang yang berjihad untuk merealisasikan secara nyata di bumi, dan orang orang yang menghabiskan hidupnya di anata lembaran fiqh dan kitab, tidak mungkin memahami tabiat dien ini kecuali mereka berjihad untuk membelanya. Dien ini tidak dapat dipahami rahasia rahasianya oleh seorang faqih yang hanya duduk duduk, karena fiqh itu tidak diambilkesimpulannya kecuali dari perjalanan kehidupan berharokah bersama dien ini di alam realita….
Buku yang membuka mata  dan menyadarkan bagaimana kita semua masihlah belum beranjak untuk memahami dien ini…
Milikilah  :
Judul Buku  : Di Bawah naungan Surat At Taubah
Karangan : As Syahid Syeikh DR Abdullah Azzam

Shahih Fadhail Amal Jilid 1

Shahih Fadhail Amal (2 Jilid)

Shahih Fadhail Amal Jilid 1
Agama Islam selalu mendorong umat-umatnya untuk selalu berlomba-lomba dalam melakukan amal kebaikan. Pintu amal kebaikan terbentang sedemikian lebar. Sebagian diketahui oleh kaum Muslimin dan sebagian lainnya mungkin mayoritas tidak mengetahuinya. Inilah yang menjadi masalah umat islam saat ini, keawaman dan kejahilan terhadap ajaran agama Islam.
Bagaimana mungkin mengharap sebuah kebangkitan umat islam, sementara umat islam sendiri masih awam dan jahil terhadap ajaran agama Islam itu sendiri.
Dua hal yang tidak boleh dilupakan dalam memahamkan umat adalah :
  • Prioritas
Umat harus dipahamkan terlebih dahulu terhadap berbagai aspek dasar / fundamental Islam, menyangkut Tauhid, Aqidah, Manhaj, Ibadah, Akhlak dan segi lainnya yang murni dari ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW dan dipahami para salaful umat.
  • Orisinalitas ( ashalah )
Yakni kemurnian ajaran Islam. Orisinalitas ibarat harga mati bagi ajaran Islam. Tidak mungkin sebuah ajaran didasarkan pada sumber-sumber yang tidak akurat  dan diragukan keasliannya. Kehancuran Yahudi dan Nasrani terjadi ketika mereka melakukan pemalsuan dan memutarbalikan terhadap Kitab yang diturunkan kepada mereka. Karena itulah Allah SWT telah menjamin untuk menjaga kitab suci Al Quran dari pemutarbalikkan dan penyimpangan. Hadits-Hadits Rasulullah SAW oleh para Ulama lewat kodifikasi dan ilmu Jarh wa Ta’dil. Tapi, lebih dari itu sekaligus yang sangat penting adalah bagaimana menyampaikan kepada umat secara orisinal dan valid.
Inilah yang ditempuh oleh para ulama dalam meriwayatkan hadits dan menulis kitab-kitab mereka. Karena itu para Dai harus berhati-hati dalam menyampaikan ajaran Islam, baik itu melalui lisan maupun tulisan.
Buku Shahih Fadhail Amal ini merupakan salah satu upaya menyampaikan ajaran Islam secara orisinal dan hati-hati. Sebagaimana diketahui, hadits-hadits tentang fadilah-fadilah amal banyak yang palsu (maudhu) dan lemah (dhaif). Karena itulah penulis mengkaji hadits-hadits yang berbicara tentang topik ini secara cermat dan sungguh-sungguh berisi hadits-hadits shahih yang berkaitan dengan fadilah-fadilah amal.
Buku Shahih Fadhail Amal ini sangat menarik untuk dibaca dan diamalkan oleh kaum muslimin sesuai dengan manhaj Salafus Shalih, karena :
  1. Tema Fadhail Amal adalah tema yang sangat rentan dengan hadits-hadits maudhu (palsu) dan dhaif (lemah), bahkan ada beberapa karangan yang khusus membahas masalah ini namun kurang memperhatikan kualitas hadits.
  2. Masyarakat kita sangat menyukai masalah fadilah-fadilah amal, sehingga kita banyak menyaksikan acara-acara, perayaan yang sangat ramai diadakan secara rutin demi mencari sebuah fadilah, namun sayang tidak dilandasi dengan sunnah yang shahih.
  3. Masalah fadilah adalah masalah yang harus didasarkan pada petunjuk, bukan berdasarkan pada perasaan apalagi pertimbangan rasio, namun harus memiliki dalil yang jelas dan valid yang menerangkannya.

Senin, 20 Mei 2013

Hilyatul Auliya’ : Sejarah dan Biografi Ulama Salaf [ Jilid 1 ]

Sejarah hidup generasi Salaf  mengandung banyak sekali pelajaran yang berharga, petuah yang baik, petunjuk dan cahaya, kemenangan dan keberuntungan, kebahagiaan dan kesuksesan. Di sana ada penyucian karakter, pelembutan jiwa, pemantapan iman dan tauhid, dan pemandangan nyata mengenai komitmen terhadap agama. Dan boleh dikata sejarah hidup mereka adalah f igur yang bisa dijadikan sebagai contoh dan tauladan dalam segala hal.
Abdullah bin Mas'ud  -Rodliallohu Anhu- berkata,
"Barangsiapa ingin mencari tauladan, hendaklah ia mencari tauladan pada orang yang sudah mati. Karena orang yang hidup tidak terjamin aman dari ancaman fitnah."
Itulah jalan dan nasihat sahabat Abdullah bin Mas'ud, sebagai pedoman bagi kita dalam mencari suri tauladan. Sebab, manusia yang sempurna jumlahnya sangatlah sedikit.
Membicarakan kehidupan generasi seperti mereka akan menghidupkan hati dan membangkitkan semangat Oleh karena itulah ketika ulama besar Al Imam Abdullah bin Mubarak -rahimahulloh-  ditanya, "Mengapa anda tidak mau duduk bersama kami?" Dia menjawab," Aku pergi untuk duduk bersama para sahabat Nabi -Sholallahu Alaihi Wassalam- ." Maksudnya adalah  beliau lebih memilih untuk belajar dan membaca buku-buku biografi dan sejarah hidup mereka.
Karena metode pendidikan yang bisa meresap ke dalam hati adalah membaca sejarah hidup orang-orang terkemuka.
 Begitu banyak buku-buku yang mengisahkan tentang perjalanan hidup, siroh, thabaqot, sejarah para Salaf, salah satu diantaranya kitab : Hilyatul Auliya wa Thabaqatul Asyfiya’ ( Perhiasan para wali dan tingkatan orang-orang ‘suci’),  sebuah kitab ensiklopedi Islam yang memaparkan sejarah dan biografi para ulama Salaf terdahulu secara detail. Dengan membawakan hadits dan atsar beserta sanad-nya.mencerikan sejarah hidup generasi islam mulai dari generasi Shahabat, Tabi’in, tabiut tabi’in dan seterus nay dari ulama-ulama Sunnah.
    Sistematika penyajian buku ini terbilang klasik, karena semua kisah dan biografi ulama Salaf disini diceritakan menggunakan hadits dan atsar lengkap, sehingga valliditas dan keontetikan ceritanya pun bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiyah lewat studi hadits dan atsar. Oleh karena itu buku ini menjadi referensi utama dalam disiplin ilmu Sejarah.
Kitab Hilyatul Auliya wa Thabaqatul Asyfiya’, ini ditulis oleh  Al Imam Abu Nu’aim Al Ashfani -rahimahulloh- ,Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Abdullah bin Ahmad Al-Ashfahani. Beliau lahir pada tahun 336 H, dan waf at pada tahun 430 H.

Imam Adz-Dzahabi -rahimahulloh- mengatakan,
"Dia adalah Imam Al-Hafizh (penghafal Hadis), Ats-Tsiqah (terpercaya), sangat alim, maha guru Islam."

Imam Al-Khatib Al-Baghdadi -rahimahulloh-  mengatakan,
 "Saya tidak melihat orang yang layak menyandang gelar Al-Hafizh selain dua orang: Abu Nu'aim Al-Ashfahani dan Abu Hazim Al-A'raj."

Ibnu Ahmad Al-Hambali -rahimahulloh- mengatakan,
"Abu Nu'aim adalah satu-satunya orang di dunia ini yang memiliki isnad tertinggi yang disertai dengan kuatnya hafalan dan kedalaman pengetahuan dalam bidang Hadis dan disiplin ilmu-ilmunya." (lihat : SyadzaratAdz-Dzahab)

Ibnu Mardawaih -rahimahulloh-  mengatakan,
 "Abu Nu'aim adalah orang yang didatangi banyak orang pada zamannya. Di seluruh penjuru dunia ini tidak ada orang yang lebih baik sanad dan hafalannya daripada dia. Para huffadh (penghafal Hadis) dunia berkumpul di sisinya. Sehingga setiap hari menjadi giliran salah seorang di antara mereka untuk membaca apa yang dia inginkan sampai menjelang Dhuhur. Lalu ketika dia (Abu Nu'aim) pulang ke rumahnya, terkadang ada orang yang membaca satu juz di hadapannya selama di jalan dan dia sama sekali tidak mengeluh. Dia selalu sibuk dengan menulis atau menyampaikan Hadis."

Ibnu Khalkan -rahimahulloh- mengatakan,
 "Dia adalah Al-Hafizh yang sangat populer, penulis kitab Hilyah Al  Aulia,  Dia termasuk salah satu tokoh terkemuka dan salah seorang hafizh besar yang tsiqah (terpercaya)."

      Imam  Ibnu Taimiyah -rahimahulloh-  pernah ditanya tentang orang yang mau mendengarkan kitab-kitab Hadis dan Tafsir. Tapi ketika kitab Hilyatul Auliya’ dibacakan kepadanya, orang itu tidak mau mendengarkannya. Maka Ibnu Taimiyah -rahimahulloh-  menjawab, "Abu Nu'aim adalah salah satu penghafal Hadis terkemuka, penulis buku terbanyak, dan karya tulisnya banyak dimanfaatkan orang. Dia lebih besar daripada sekedar disebut tsiqah (terpercaya). Karena kualitasnya lebih tinggi daripada gelar itu, dan kitabnya (Hilyatul Auliya) adalah salah satu buku terbaik yang mengangkat kisah-kisah orang-orang zuhud. Meskipun demikian, di dalamnya terkandung Hadis-Hadis dan hikayat-hikayat yang batil." (lihat Majmu Al-Fatawa, I8/17)

Ibnu Nashiruddin Ad Dimasqi -rahimahulloh-  mengatakan,
"Ketika kitab Hilyatul Auliya selesai disusun, mereka membawanya ke Naisabur dan terjual dengan harga 400 Dinar."

Imam  Ibnu Katsir  -rahimahulloh- mengatakan,  "Abu  Nu'aim  Al-Ashfahani adalah seorang hafizh (penghafal Hadis) yang besar dan memiliki banyak karya tulis yang bermanf aat dan populer. Di antaranya adalah Hilyatul Auliya yang terdiri dari banyak jilid. Ini menunjukkan luasnya periwayatan,  banyaknya guru, kekuatannya dalam menelaah sumber-sumber Hadis dan banyaknya jalur yang dilaluinya."

Kritik terhadap Kitab ini
1. Banyak memuat Hadis maudlu (palsu), tanpa disertai keterangan.
2. Menyandarkan perilaku sufi kepada para sahabat terkemuka seperti Abu Bakar, Umar dan Utsman, juga kepada para imam terkemuka selain mereka.
3. Menyebutkan hikayat-hikayat dan banyak hal tentang sufisme yang tidak boleh dikerjakan. Karena bisa jadi itu akan didengar oleh pemula yang sedikit ilmunya, dan mengira bahwa itu semua adalah baik kemudian diamalkan.
4.Terlalu banyak menyebutkan hal-hal yang bukan menjadi bagian dari tema sentral kitab ini (yaitu kisah tentang orang-orang zuhud). Misalnya, menyebutkan banyak cerita tentang orang-orang zuhud yang terkadang keluar dari pembicaraan tentang ibadah dan kezuhudan mereka.

Oleh karena itulah, dalam edisi terjemah ini diambilkan dari sumber kitab asli yang telah ditahqiq/ diteliti ulang :
1. diteliti  kitab dan mengakurasikan redaksi nya
2. mentahrij ayat-ayat Al Qur’an
3. mentakhrij hadits-hadits dengan disertai penjelasan tentang keshahihan atau kelemahannya dengan merujuk pada kitab-kitab Shahih lainnya.
4.menerangkan kata-kata yg sulit difahami makna dalam kitab asli nya.
dengan demikian, diharapkan, muslimin yang membaca dan mempelajari nya akan lebih mantap dan tanpa ragu dan khawatir akan kisah2 batil di dalam nya.
Inilah jilid 1, pembahasan tentang sejarah Sahabat Rosululloh -Sholallahu Alaihi Wassalam-

Hilyatul Auliya’ : Sejarah dan Biografi Ulama Salaf [ Jilid 1 ]
Judul asli : Hilyatul Auliya wa Thabaqatul Asyfiya’
Penulis :Al Imam Abu Nu’aim Al Ashfani -rahimahulloh-
Pentahqiq : Abdulloh Al Minsyawi, Muhammad Ahmad Isa, Muhammad Abdulloh Al Hindi
Fisik : Buku ukuran sedang, hardcover, 876 hlm
Penerbit : Pustaka Azzam
Harga Rp 193.000