Rabu, 05 Juni 2013

IndonesiaTanpaLiberal

Indonesia Tanpa Liberal

Buku yang ditulis oleh mantan wartawan media Islam yang kini aktif sebagai dosen dan peneliti ini berupaya memberikan gambaran mengenai penyelewengan-penyelewengan pemahaman kelompok-kelompok liberal dari akidah Ahlusunnah wal Jamaah. 
Seperti diketahui, salah satu bahaya yang saat ini mengancam umat Islam, khususnya di Indonesia, adalah gerakan pemurtadan. 
Gerakan tersebut tidak hanya dilakukan oleh kelompok non-Muslim, tapi juga mereka yang mengaku Muslim, namun memiliki pemahaman dan akidah yang keluar dari prinsip-prinsip keislaman.
Penulis menegaskan, fenomena paham-paham yang merusak akidah Islam semakin marak dan berkembang di negeri ini. Mulai dari yang tidak masuk akal sampai yang seolah-olah dikemas dengan bungkus ilmiah. 
Di antara paham yang merusak itu adalah sekularisme, pluralisme, dan liberalisme yang biasa disingkat dengan sepilis. Paham ini adalah ideologi impor dari Barat yang kemudian berusaha dipasarkan dan dijajakan di negeri-negeri Muslim, termasuk Indonesia. Paham ini pada 2005 sudah difatwa haram oleh MUI karena bertentangan dengan akidah kaum Muslimin.
Di antara penyokong paham sepilis itu Jaringan Islam Liberal (JIL) yang meskipun jumlahnya sedikit, didukung oleh corong media nasional, dana, dan avokasi asing, bahkan alat kekuasaan. 
Dengan gaya tulisan jurnalistik yang mengalir, cair, dan mudah dipahami, penulis mengulas sepak terjang kelompok liberal, latar belakang berdiri, para aktivisnya, serta sejarah panjang kampanye pluralisme agama di nusantara yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Terutama, sejak orang-orang Eropa datang ke negeri ini bersamaan dengan kolonialisme yang kemudian memasarkan humanisme.
Judul bab-bab buku ini sangat menggoda. Sebut saja, fron liberal dari Utan Kayu, tersesat di jalur liberal, Ulil Abshar Abdalla dan doktrin Freemason, serta in Israel we trust. Bab-bab lainnya adalah JIL dan teosofi, para pionir pluralisme dan idola kaum liberal, dan Indonesia tanpa liberal yang dijadikan judul buku ini.
Masih ada sejumlah bab yang juga menggugah rasa ingin tahu pembaca, seperti Ahmadiyah proyek zionisme, zionisme dan propaganda adu domba, freemason di balik runtuhnya Khilafah Usmaniah, pengkhianatan kelompok sekuler menghapus Piagam Jakarta, pluralisme agama, Kartini dan para sahabat Yahudi.
Buku ini ditutup dengan pembahasan yang ringkas, namun padat tentang propaganda pluralisme agama di nusantara dan kaum teosofi. 
Note: Resensi buku ini dimuat di HU.Republika edisi 24 Juli 2012 dan Republika Online (ROL)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar