Semua
kita insya Allah sepakat akan pentingnya memahami al-Qur`an, dan untuk
memahaminya adalah melalui buku-buku tafsir yang telah ditulis oleh para
ulama. Tapi ini tidak cukup, karena di samping itu harus pula
memperhatikan keshahihan manhaj dalam menfsirkan al-Qur`an. Dan salah
satu sisi penting buku tafsir kita ini, bahwa penulisnya adalah salah
seorang ulama yang teguh berpijak di antara manhaj Ahlus Sunnah.
Dalam pengantarnya, al-Allamah Ibnu Utsaimin berkata, Tafsir ini adalah
sebaik-baik buku tafsir, karena memiliki banyak keistimewaan, di
antaranya adalah disuguhkan dengan gaya bahasa yang sederhana dan jelas
yang dapat langsung dipahami oleh orang yang terpelajar maupun orang
awam. Keistimewaan lainnya, bahwa kitab ini menghindari kalimat-kalimat
sisipan yang bertele-tele yang tidak ada manfaatnya yang hanya akan
membuang-buang waktu. Yang lainnya adalah menghindari perbedaan pendapat
dalam penafsiran, kecuali yang prinsipil yang memang harus disebutkan.
Keistimewaan lainnya adalah bahwa buku ini tegak di atas manhaj as-Salaf
ash-Shalih yang merupakan asas dalam akidah yang lurus. Dan
keistimewaan lainnya adalah rinci dalam mengambil kesimpulan yang
ditunjukkan oleh ayat-ayat, berupa: faidah-faidah, hukum-hukum, dan
hikmah-hikmah. Sebagai contoh, Syaikh as-Sa'di, penulis, menyebutkan
faidah dari ayat wudhu dalam Surat al-Ma`idah, tidak kurang dari lima
puluh faidah. Demikian Ibnu Utsaimin sampaikan secara ringkas.
Keistimewaan-keistimewaan yang disebutkan oleh al-Allamah Ibnu Utsaimin tersebut adalah urgensi pokok dari buku tafsir kita ini.
Dari sisi lain, buku tafsir as-Sa'di ini telah dirokumendasikan oleh
banyak para ualam, sebagai buku tafsir primer bagi setiap muslim.
TENTANG PENULIS
Beliau adalah Syaikh al-Allamah al-Faqih, Abdurrahman bin Nashir bin Abdullah as-Sa'di.
Beliau berguru kepada ulama-ulama besar di zaman beliau, dan itulah yang
mengantarkan beliau muncul menjadi seorang ulama terpandang, bahkan
dari didikan dan gemblengan beliaulah muncul Imam Ibnu Utsaimin yang
tersohor hingga ke ujung dunia.
Beliau dikenal sebagai seorang yang memiliki akidah bersih dan tegak di
atas manhaj as-Salah Shalih. Lebih dari itu, beliau dikenal sebagai
seorang yang memiliki perhatian besar kepada karya tulis Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah dan murid beliau yang penuh bakti, Ibnul Qayyim
al-Jauziyah.
Syaikh as-Sa'di adalah salah seorang ulama yang terpandang, sehingga
para ulama besar Ahlus Sunnah abad dua puluh mengenang beliau dengan
penuh hormat dan pujian.
Imam Ibn Baz rahimahullah berkata tentang beliau, Syaikh Abdurrahman
as-Sa'di rahimahullah adalah seorang yang luas ilmu fikihnya, dan
memiliki perhatian yang serius terhadap yang rajih berdasarkan dalil
dari masalah-masalah khilafiyah…. Tidak hanya sekali saya telah
menghadiri majelis beliau di Riyadh; beliau tidak banyak bicara kecuali
dalam masalah-masalah ilmu. Beliau juga seorang yang tawadhu' (rendah
hati), berakhlak mulia. Siapa yang membaca kitab-kitab karya tulis
beliau, akan mengetahui keutamaan, ilmu dan perhatian beliau terhadap
dalil. Maka semoga Allah melimpahkan rahmat yang luas bagi beliau.
Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah juga berkata tentang
penulis tafsir ini, Sebatas telaah saya terhadap tafsir beliau ini,
jelas bagi saya bahwa beliau adalah seorang yang teliti dan selektif
dalam memilih pandangan agar berdasar kepada kaidah-kaidah Syari'at, dan
beliau sama sekali bukan seorang yang kaku dan fanatik. Saya telah
bertemu beliau di Damaskus sebelum empat puluh tahun lebih, dan saya
telah mendapatkan ilmu yang banyak dari beliau. Dan saya melihat
langsung pada diri beliau sifat tawadhu' seorang ulama, dan beliau dalam
hal ini adalah sebagaimana pada umumnya ulama-ulama Najed, yang
mengingatkan kepada kita akan akhlak dan sikap tawadhu' para ulama
terdahulu.
Komentar dua orang imam besar Ahlus Sunnah ini kami kira lebih dari
cukup untuk menggambarkan tingginya kedudukan penulis tafsir ini dari
segi ilmu dan keutamaan, serta pentingnya mengkaji buku tafsir beliau
ini.
ISI DAN METODOLOGI TAFSIR AS-SA'DI SECARA UMUM
Di awal buku ini Syaikh as-Sa'di, menulis semacam peringatan penting
mengenai metodologi beliau dalam tafsir ini. Beliau berkata, Ketahuilah
bahwa metode saya dalam tafsir ini adalah bahwa saya menyebutkan
makna-makna yang hadir di benak saya. Dan saya tidak hanya mencukupkan
dengan menyebutkan apa yang berkaitan dengan tema-tema sebelumnya, lalu
tidak menyebutkan apa yang berkaitan dengan tema-tema (serupa) yang
datang kemudian; karena Allah menyebutkan ciri khas Kitab al-Qur`an ini
sebagai yang diulang-ulang; dimana kabar-kabar, kisah-kisah dan
hukum-hukum serta tema-tema yang bermanfaat bagi suatu hukum yang besar,
disebutkan secara berulang-ulang. Dan Allah memerintahkan untuk
merenungi semuanya; karena di dalam itu semua terdapat tambahan ilmu dan
pengetahun, kebaikan lahir dan batin, dan demi memperbaiki segala
urusan dengannya.
Syaikh al-Albani pernah ditanya tentang Tafsir kita ini , dan beliau
menjawab, Buku tafsir tersebut sangatlah baik dan memiliki pembahasan
yang baik pula.
Metode penafsiran buku kita ini sangatlah sederhana, yaitu hanya dengan
menyebut penggalan ayat, lalu menyebutkan maknanya secara simpel, tanpa
menyebutkan berbagai perkataan yang melebar sampai hal-hal yang
faidahnya hanya sedikit. Tetapi langsung kepada makna inti ayat, dan
dengan bahasan yang lugas, sehingga dengan mudah seorang pembaca dapat
menyimpulkan apa yang dimaksud oleh ayat bersangkutan.
Sebagai contoh:
Firman Allah Ta'ala, إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْن (Hanya
kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon
pertolongan).
Kata penulis, Maknanya: kami khususkan Engkau semata dengan ibadah dan
isti'anah (memohon pertolongan); karena didahulukannya obyek mengandung
makna pembatasan, yaitu penetapan hukum bagi yang disebutkan dan
menafikannya dari selainnya. Maka seakan-akan seseorang berkata, Kami
menyembahMu saja dan tidak menyembah selainMu, memohon pertolongan hanya
kepadaMu dan tidak meminta pertolongan kepada selainMu.
Didahulukannya
penyebutan penyembahan (ibadah) daripada memohon pertolongan adalah
mendahulukan yang umum dari pada yang khusus, dan juga sebagai sebuah
perhatian untuk mendahulukan hak Allah di atas hak hambaNya.
Ibadah (penyembahan) adalah satu nama yang mencakup apa-apa yang
dicintai dan diridhai Allah dari perbuatan dan ucapan, yang zhahir dan
yang batin. Dan isti'anah (memohon pertolongan) adalah bersandar kepada
Allah dalam usaha mendapatkan kebaikan dan menolak kemudaratan disertai
dengan keyakinan penuh terhadap Allah untuk dapat meraih hal tersebut.
Dan menegakkan ibadah dan isti'anah kepada Allah adalah sarana untuk
meraih kebahagiaan abadi dan keselamatan dari semua keburukan. Maka
tidak ada jalan untuk meraih keselamatan kecuali dengan menegakkan
keduanya….
Contoh berikutnya:
Firman Allah Ta'ala,
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
(Tunjukilah kami jalan yang lurus).
Kata Syaikh as-Sa'di, Maksudnya: tuntunlah kami, bimbinglah kami, dan
arahkan kami ke jalan yang lurus, yaitu jalan yang jelas yang
menghantarkan kepada Allah dan kepada surgaNya, yaitu mengetahui
kebenaran dan melaksanakannya. Maka tunjukilah kami kepada jalan yang
lurus dan tunjukilah kami di jalan yang lurus itu. Petunjuk kepada jalan
yang lurus adalah berpegang teguh kepada Agama Islam dan meninggalkan
agama-agama selainnya, dan petunjuk di jalan yang lurus adalah mencakup
petunjuk kepada semua rincian Agama dari segi ilmu dan amal. Maka doa
ini adalah di antara doa yang paling simpel tetapi bermakna luas dan
paling bermanfaat bagi seorang hamba; dan karena inilah seorang hamba
diwajibkan untuk berdoa dengannya dalam setiap rakaat dari Shalatnya,
karena itu adalah suatu yang sangat mendasar.
Jalan yang lurus itu ialah:
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
(jalan orang-orang yang
telah Engkau anugerahi nikmat kepada mereka), yakni, dari para nabi,
orang-orang yang benar (dalam beriman), orang-orang yang mati syahid,
dan orang-orang shalih.
غَيْرِ (bukan) jalan الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ (mereka yang dimurkai),
yaitu yang mengetahui kebenaran namun meninggalkan kebenaran tersebut,
seperti orang yahudi dan orang-orang yang memiliki sikap seperti mereka.
Dan bukan pula jalan الضَّالِّينَ (orang-orang yang sesat), yaitu
orang-orang yang meninggalkan kebenaran karena kebodohan dan kesesatan,
seperti orang-orang Nasrani dan orang-orang yang memiliki sikap seperti
mereka.
Maka surat al-Fatihah ini, sekalipun sangat pendek (simpel), memuat
kandungan yang tidak dimuat oleh satu surat pun di antara surat dalam
al-Qur`an. Di mana Surat al-Fatihah ini memuat macam tauhid yang tiga….
(Demikian Syaikh as-Sa'di secara ringkas).
Kutipan ini mudah-mudahan cukup jelas menggambarkan metode penafsiran beliau dalam buku tafsir kita ini.
KEISTIMEWAAN TERBITAN EDISI PUSTAKA SAHIFA
1. Diberi pengantar oleh dua orang murid besar penulis, Syaikh as-Sa'di,
yang keduanya kemudian juga muncul sebagai ulama terkemuka, yaitu:
- Imam al-Allamah Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, yang muncul menjadi salah seorang anggota Hai`ah Kibar al-Ulama`.
- Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz al-Uqail, ketua Dewan tetap al-Majlis al-Qadha` al-A'la di Saudi Arabia.
2. Naskah yang kami terbitkan ini ditahqiq dan ditakhrij oleh Syaikh Sa'ad bin Fawwaz ash-Shumail.
3. Masing-masing kelompok ayat telah kami pisah-pisah, lalu memuat
tafsirnya secara sepenggal demi sepenggal, sehingga mudah untuk dicerna
secara tematik.
DATA BUKU
Judul Asli : Taisir al-Karim ar-Rahman Fi Tafsir Kalam al-Mannan
Judul Terjemah : Tafsir al-Qur`an
Penulis : Syaikh al-Allamah Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di
Diberi Pengantar :
- Imam al-Allamah Ibnu Utsaimin, murid penulis.
- Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz al-Aqil
Pentahqiq : Sa'ad bin Fawwaz Ash-Shumail
Tebal buku : 7 jilid lengkap,
Ukuran : 16 x 24,5 cm.
Penerbit : PUSTAKA SAHIFA dan Darul Haq – Jakarta,
Sumber : darulhaq.com
|